Minggu, 15 Maret 2009

Aplikasi Pantau Anak Cacat Ciptaan Mahasiswa

Mahasiswi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOMP) Surabaya, Mugi Rusiana, menciptakan aplikasi software memantau perkembangan mental, akademis, dan medis (rehabilitasi medis) anak cacat fisik (tunadaksa) dan cacat mental (tunagrahita).

"Aplikasi itu bermanfaat untuk melacak perkembangan anak yang selama ini sifatnya manual menjadi computerized, sehingga pemantauan menjadi lebih cepat dan kita nggak perlu banyak cerita kepada orang tua," kata psikolog dari Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya, Ni Made Darmika, di Surabaya, Jumat.

Didampingi Mugi Rusiana, ia mengatakan diketahuinya perkembangan mental, akademis, dan medis secara cepat akan mendorong tindakan rehabilitasi yang cepat dan tepat sesuai perkembangan dari anak cacat yang bersangkutan.

"Selama ini, ada 70 anak cacat yang bersekolah di YPAC Surabaya Jalan Semolowaru Utara V/2, Surabaya, sehingga data mental, akademis, dan medis mereka akan banyak dan untuk melacak secara rutin juga tidak bisa cepat," katanya.

Senada dengan itu, Mugi Rusiana yang juga mahasiswi Sistem Informasi (SI) angkatan 2003 mengatakan aplikasi software yang dibuatnya merupakan program pendataan tentang history dari perkembangan individu anak cacat secara mental, akademik, dan medis.

"History yang dicatat mulai dari perkembangan sejak kehamilan orang tua, kelahiran anak, dan pasca kelahiran. Di dalamnya juga mencakup identitas keluarga, identitas anak saat lahir, dan pasca lahir, misalnya ibu saat hamil pernah sakit apa, kecelakaan, atau terjangkit virus apa," katanya.

Dari data-data yang selalu dilakukan update secara harian itu akan lebih mudah menganalisa jenis rehabilitasi yang sesuai bagi masing-masing anak. "Itu juga dapat digunakan sebagai penentu parameter untuk mengevaluasi tingkat perkembangan cacat anak di setiap periode," katanya.

Menurut dia, perkembangan anak yang memang berbeda-beda akan mudah diketahui, apakah dia sekarang berhasil mendapat nilai plus, kemudian apakah bulan berikutnya mendapat nilai plus atau justru minus.

"Yang menyulitkan saya adalah bila hasil uji tes psikologi saat mendapat nilai plus hingga minus tidak sempat terdata, sehingga perlu dicari atau diulangi melalui tes yang diberikan kepada anak cacat sesuai kemampuan anak usia dua hingga 4,5 tahun," katanya.

Aplikasi karya dari anak nomor satu dari dua bersaudara yang diwisuda pada 14 Maret 2009 itu mendapat nilai A. "Karya itu menjadi contoh bagi mahasiswa lain dalam berprestasi terutama yang dapat memberi manfaat bagi masyarakat," kata staf Humas STIKOMP, Dian Laila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar